Rupiah dan IHSG kompak naik seiring suksesi politik di Italia dan Yunani. Tapi, sentimennya tak jelas. Yield obligasi kedua negara itu naik sebagai pertanda pasar yang cemas.
Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah hari ini lebih dipicu technical rebound. Sebab, meningkatnya risk appetite (hasrat atas aset-aset berisiko) yang terbawa oleh sentimen positif beberapa laporan keuangan dan penyelesaian krisis Yunani, tidak begitu jelas pengaruhnya ke market.
Menurutnya, memang pasar merespon positif Yunani yang akan melakukan reformasi secara politik. Menurutnya, kemungkinan besar calon kuat Lucas Papademos akan menggantikan Perdana Menteri George Papandreou.
"Rupiah hari ini ditutup di level terkuatnya 8.915 setelah sempat melemah ke level 8.960 per dolar AS dari posisi pembukaan 8.933 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (8/11). Kurs rupiah dalam kontrak harga emas di London, Selasa (8/11) ditutup menguat 35 poin (0,39%) ke level 8.915/8.925 per dolar AS dari posisi kemarin 8.950/8.960.
Tapi, lanjutnya, sentimen dari suksesi politik, sebenarnya tidak begitu jelas. "Sebab, jika dilihat dari indikator yield obligasi Yunani dengan tenor 10 tahun naik ke atas level 6,7% atau mendekati 7%. Artinya, kepercayaan pasar atas Yunani turun."
Jadi, penguatan rupiah secara keseluruhan masih terbatas. Apalagi, di sisi lain dipicu oleh kecemasan di Italia. Saat ini, Perdana Menteri Italia Berlusconi terancam untuk dihentikan masa jabatannya. "Yield obligasi Italia juga naik ke level 6,66% dari sebelumnya 6,37% untuk tenor 10 tahun. Level 7% merupakan patokan perlunya suatu negara untuk dibailout," imbuhnya.
Karena itu, lanjutnya, sentimen risk appetite hari ini tidak begitu kuat dan penguatan rupiah juga terbatas. "Karena tidak jelas, penguatan rupiah hari ini lebih dipicu oleh faktor technical rebound," imbuhnya.
Alhasil, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama. Indeks dolar AS naik 0,06% ke level 77,17 dari sebelumnya 77,05. Tapi, termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa), dolar AS ditransaksikan melemah 0,008% ke level US$1,3787 dari sebelumnya US$1,3774 per euro," imbuh Christian.
Dari bursa saham, Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, pergerakan indeks saat ini sangat tergantung kepada faktor eksternal terutama krisis utang di Eropa. Menurutnya, jika perkembangannya positif, indeks pun berpeluang naik. Begitu juga sebaliknya.
Hari ini, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 27,41 poin (0,73%) ke level 3.805,648 karena mendapat dukungan dari European Central Bank (ECB) yang menyatakan, akan mempercepat realisasi dana The European Financial Stability Facility (EFSF) akhir November ini dari rencana semula akhir 2011.
Sementara itu, dari internal, indeks juga mendapat dukungan dari faktor Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang dirilis stabil di level 6,5% untuk kuartal III-2011. “Meski begitu, pasar tetap harus waspada. Sebab, sentiment dari Eropa bisa dengan cepat berubah kembali negatif,” paparnya.
Terutama, ia menegaskan, setelah Italia kembali menjadi fokus pasar akibat kegagalannya mereformasi fiskal yang dimonitor oleh International Monetary Fund (IMF). “Apalagi, Parlemen Italia mengancam untuk menggulingkan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi[center]