Setelah emas mencetak level tertingginya sepanjang sejarah pada 2 Mei 2011 di US$1,575.79/toz, harganya turun secara pelan tetapi pasti dan mencapai level terendah dalam kurun 6 minggu dua pekan lalu di US$1,478.01/toz.
Grafik harian diatas ini menampilkan dengan baik pergerakan harga emas yang terjebak dalam kisaran yang cukup sempit selama 2 bulan terakhir. Symmetrical triangle atau segitiga simetris ini pada umumnya merupakan sebuah continuation pattern, dimana emas kemungkinan besar hanya berkonsolidasi untuk sementara waktu dan pada akhirnya melanjutkan tren sebelumnya setelah memecahkan resistance-nya.
Kini harga emas makin mendekati garis atas, yang pada saat ini berada di sekitar US$1,550/toz. Apabila level tersebut berhasil dipecahkan pada minggu ini, emas mungkin saja akan coba mencatat rekor terbaru dalam bulan Juli.
Perhatikan juga MACD-lines yang telah cross up di bawah garis nol, dan RSI atau Relative Strength Index yang membentuk sebuah bullish divergence ketika emas menyentuh support-nya.
Kemudian saya juga menemukan suatu indikator yang sangat menarik pada saat melakukan penelitian untuk artikel ini, yaitu the Gold Price Oscillator. Apabila kita mengamati indikator itu dengan seksama, kita bisa menyimpulkan bahwa emas kemungkinan sudah menyelesaikan konsolidasinya berdasarkan oscillator yang baru saja break out (lihat grafik dibawah ini).
Faktor yang mendukung emas
“There are about three hundred economists in the world who are against gold, and they think that gold is a barbarous relic – and they might be right. Unfortunately, there are three billion inhabitants of the world who believe in gold.”
-Janos Fekete-
Selain kondisi teknikal yang menunjukkan banyak sinyal untuk membeli emas, ada beberapa indikasi lain yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi dalam semester kedua ini:
Tidak ada perbaikan yang berarti dalam perekonomian AS, dengan harga properti yang masih turun terus dan tingkat pengangguran yang kembali naik dari 9,1% ke 9,2%. Ini menyebabkan the Fed atau bank sentral AS cenderung akan tetap mempertahankan KEBIJAKAN MONETER yang ULTRA LONGGAR dalam waktu yang lebih panjang. Hal tersebut tentunya akan menekan dolar AS terhadap mata uang dari negara dimana mereka sudah atau akan menaikkan suku bunganya. Sebagai contohnya, ekspektasi bahwa ECB atau bank sentral Eropa akan menaikkan suku bunga lebih agresif dibandingkan dengan the Fed telah mengerek performa euro hingga 7% pada 2011, sebuah kondisi yang turut menyokong performa emas. Grafik harian dollar index dibawah ini menguatkan perbedaan dalam penetapan suku bunga. Indeks dolar AS sekarang berada di sebuah bearish consolidation pattern dari suatu major downtrend. Maka kemungkinan besar dolar AS hanya akan bertahan sesaat melawan mata uang utama dunia, sebelum melemah lagi secara signifikan pasca penembusan garis bawah dari segitiga.
Pola yang sama terlihat di grafik harian dari euro terhadap dolar AS. Euro pun bergerak dalam sebuah symmetrical triangle, dengan support dan resistance yang kini masing-masing terletak disekitar 1.42 dan 1.45 (lihat grafik dibawah ini). Meskipun zona Eropa menghadapi begitu banyak masalah selama beberapa bulan terakhir, euro ternyata tidak anjlok melawan dolar AS. Ini justru membuktikan bahwa dolar AS sungguh lemah dan tidak dapat mengumpulkan cukup tenaga untuk menjadi bullish kembali.
Dan … yang lebih menarik lagi adalah bahwa the Fed kemungkinan besar terpaksa akan melanjutkan quantitative easing-nya pada akhir tahun ini atau awal tahun depan untuk mendongkrak perekonomiannya. Defisit anggaran tahunan yang melebihi 1 milyar dolar AS, dan jumlah pembeli yang terbatas untuk surat hutang yang menutupi pengeluaran pemerintah tersebut, memastikan bahwa bank sentral AS hampir pasti akan kembali mencetak banyak uang. Berarti pada waktu pelonggaran berikutnya diumumkan, kemungkinan besar dolar AS akan turun secara signifikan dan bahkan dapat mencetak level terendah barunya terhadap mata uang utama dunia. Oleh karena itu, membeli emas pada saat terkoreksi adalah keputusan investasi yang paling bijak pada saat ini mengingat indikasi program QE akan memberikan dukungan bagi akselerasi kenaikan harga emas.
Data Cina, yang menunjukkan INFLASI pada negara ekonomi terbesar kedua dunia tersebut berjalan pada fase tercepatnya dalam tiga tahun, membawa tambahan insentif untuk membeli emas yang dapat bertindak sebagai lindung nilai terhadap naiknya tekanan harga. Dari 1994 sampai 2010, tingkat inflasi Cina rata-rata sebesar 4,3% sementara kini telah melebihi 6%. Oleh karena itu, kekhawatiran akan inflasi yang naik secara terus-menerus kemungkinan besar akan menjadi pemicu utama untuk permintaan emas di Cina dalam jangka pendek. Namun tidak hanya Cina yang mengalami inflasi yang tinggi, tetapi juga Eropa, AS dan Inggris dimana tingkat inflasi telah melampaui target yang ditetapkan oleh bank sentral masing-masing. Misalnya CPI atau Consumer Price Index di Eropa mencapai 2,7%, di Amerika Serikat 3,6%, dan di Inggris bahkan 4,5%. Maka jangan heran apabila makin banyak investor memutuskan untuk mengalihkan sebagian dananya ke emas, yang merupakan sebuah inflation hedge yang mampu mempertahankan nilainya terhadap inflasi.
Selanjutnya masih bergantungnya kekhawatiran pasar terhadap isu KRISIS HUTANG Eropa maupun kekisruhan mengenai debt ceiling di AS membuat investor cenderung lari dari aset beresiko tinggi dan berlindung pada aset safe haven seperti emas. Jadi selama krisis hutang publik di berbagai negara masih menimbulkan ketidakpastian atau belum ada langkah perbaikan konkrit, maka peran safe haven emas masih akan meningkat terus.
PERMINTAAN untuk emas – baik dalam bentuk perhiasan atau sebagai investasi – di ASIA sangat kuat, terutama di Cina dan India. Pada tahun 2010, kedua negara tersebut mewakili 51% (atau sekitar 1.570 ton) dari permintaan dunia, sedangkan tahun ini sudah meningkat lagi ke 58%. Penjualan batangan emas pun di Cina sedang berkembang pesat, dimana permintaannya naik dua kali lipat dari 41 ton di kuartal pertama 2010 ke 93,5 ton pada kuartal pertama 2011.
Jika permintaan bertumbuh terus dengan kenaikan yang sama seperti kuartal pertama tahun 2011, kemungkinan pertumbuhan secara keseluruhan dalam 2011 akan sebesar 20,9% (lihat tabel diatas ini).
Khususnya di Cina, pasar properti yang overheating mengakibatkan investor mengubah strategi investasinya. Menyusul pemerintah Cina berupaya keras untuk mendinginkan real estate bubble dengan berbagai kebijakan, sektor properti menjadi kurang menarik untuk menanamkan modal didalamnya dan pada gilirannya memacu orang untuk berinvestasi di aset lainnya, termasuk emas.
Kesimpulan
“Betting against gold is the same as betting on governments. He who bets on governments and government money bets against 6,000 years of recorded human history.”
-Charles de Gaulle-
Pada umumnya, seasonal weakness memang menekan harga emas selama bulan Juni dan Juli. Juga patut dicatat bahwa harga terendah pada musim liburan biasanya merupakan kesempatan terakhir untuk membeli emas pada harga yang murah, karena sesudahnya pasar emas cenderung naik selama 5 bulan yang tersisa.
Dari tahun 2001 hingga 2010, emas rata-rata menguat 17,2% dalam setahun. Namun kenaikan rata-rata dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember adalah sebesar 11,46% (lihat grafik diatas ini).
Artinya harga emas naik paling banyak pada paruh kedua setiap tahun, berhubungan dengan sekian banyak hari raya dan festival yang terjadi di berbagai negara. Jadi apabila Anda sedang mencari titik masuk yang bagus untuk membeli emas, jangan tunggu terlalu lama dan manfaatkan konsolidasi yang berlangsung pada saat ini.
Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat membantu Anda dalam mengambil keputusan investasi yang menguntungkan!
Sumber : http://www.kassa9.com/stores/emas/news.php?id=4748